KEY SUCCESS FACTORS VALUE FOR MONEY UNTUK MEWUJUDKAN KINERJA PEMDA SLEMAN
KEY
SUCCESS FACTORS VALUE FOR MONEY UNTUK MEWUJUDKAN KINERJA PEMDA SLEMAN
Oleh:
Wisnu Aldi Wijaya 20140420097
Lintang
Hutami 20140420194
Dinda
Syifana Almira 201404200325
Melia
Garby Kusumawardani 201404200329
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui cara meningkatkan
kinerja pemerintah kabupaten Sleman, dan untuk mengetahui dampak Value for Money terhadap kinerja
pemerintah Kabupaten Sleman, DIY. Konsep Value for Money adalah konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan pada
tiga elemen utama, yaitu ekonomis, efisiensi, dan efektivitas. Ekonomis
(hemat cermat) dalam pengadaan dan alokasi sumber daya, efisien (berdaya guna)
dalam penggunaan sumber daya dalam arti penggunaannya diminimalkan dan hasilnya
dimaksimalkan (maximizing benefits and
minimizing costs), serta efektif (berhasil guna) dalam arti mencapai tujuan
dan sasaran. Oleh karena itu, apabila konsep Value for Money
diterapkan dengan sebaik-baiknya pada pemerintah Kabupaten Sleman DI, maka akan
mampu mewujudkan peningkatan dalam hal kinerja.
1.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perundang-undangan Indonesia mengatur tentang Pemerintahan Daerah
(Pemda) pada undang-undang No. 32 Tahun 2004 dan No. 23 Tahun 2008. Undang-undang
tersebut dibuat agar Pemda memiliki landasan dalam melaksanakan tugasnya.
Pasal-pasal yang terdapat pada undang-undang tersebut mengatur antara lain seperti
pada UU No. 32 Tahun 2004 pasal 6 ayat 2 tentang evaluasi daerah melalui
kinerja Pemda. Evaluasi kinerja sangat penting untuk melihat bagaimana kinerja
Pemerintah yang ada di daerah apakah kinerjanya sudah optimal ataukah belum.
Pemda memiliki indikator dalam menilai kinerjanya, penggunaan indikator kinerja
sangat penting untuk mengetahui apakah suatu aktivitas atau program telah
dilakukan secara efisien dan efektif. Aktivitas atau program yang dilakukan
pemda akan terlihat outputnya pada kualitas pelayanan, apakah masyarakat puas
atau tidak terhadap pelayanan dari aktivitas atau program yang dicanangkan dari
pemda itu sendiri. Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pelayanan
publik ada pada UU nomor 25 Tahun 2009. Undang-undang tersebut dibuat agar
pemda bisa memenuhi dan memaksimalkan kinerjanya.
Al Qur’an pun mengatur tentang kinerja pada surah At-Taubah ayat
105 yang berbunyi:
وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ
وَالْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ
فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Artinya: Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan
Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan
dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata,
lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.
Al Quran
menegaskan Allah, Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat perkerjaanmu
yang mana kinerja pemda tidak hanya asal saja tetapi akan dimintai
pertanggungjawaban. Kinerja pemda yang baik akan menghasilkan kepercayaan
masyarakat dan masyarakat puas akan kinerja pemda.
Penelitian
terdahulu oleh Nasril Naim (2013) “Penerapan Konsep Value for Money dalam Menilai
Kinerja Pelayanan Sektor Publik pada Rumah Sakit Umum Labuang Baji Kota
Makassar” menjelaskan bahwa selama ini metode pengukuran kinerja yang
menggambarkan sebuah perusahaan secara menyeluruh adalah pengukuran kinerja
keuangannya saja tetapi ada pengukuran kinerja yang lebih komprehensif yaitu
menggunakan value for money sebagai pengukuran kinerja. Menggunakan value for
money ternyata dapat memperlihatkan bahwa peningkatan pada perspektif non
keuangan mampu mendorong peningkatan pada perspektif keuangan. Pengukuran
kinerja Rumah Sakit Umum Labuang Baji dapat dilihat bahwa metode value for
money telah dilaksanakan dengan baik sehingga pengukuran kinerjanya menjadi
91,99%. Penelitian terdahulu oleh Mahmud, F. A. dkk (2013) “Pengaruh Value
for Money terhadap Akuntabilitas Publik (Studi pada Kantor DPPKAD Kabupaten
Gorontalo), menjelaskan bahwa value for money berpengaruh positif
dan signifikan terhadap akuntabilitas publik pada Dinas pendapatan pengelolaan
keuangan dan aset daerah kabupaten Gorontalo. Penelitian terdahulu oleh Sri
Andriani (2013) “Pengukuran Kinerja dengan Prinsip Value for Money
Pemerintahan Kota Batu” menjelaskan bahwa dengan menggunakan teknik
pengukuran value for money menunjukkan kinerja pemerintahan kota batu sudah
ekonomis, efisien, dan efektivitas. Berdasarkan analisis keuangan kinerja Dinas
Kota Batu masih perlu diperbaiki lagi karena pada rasio efektivitas hasilnya
berada dibawah 100%. Penelitian terdahulu oleh Wahyu Sapto Rini dan Rizky
Caesariza (2013) “Analisis Kinerja Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Ulin
Banjarmasin dengan Konsep Value for Money” menjelaskan bahwa hasil dari
pengukuran kinerja Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin dengan menggunakan
pengukuran value for money adalah sebagai berikut Program
layanan kesehatan gratis sudah menerapkan prinsip ekonomis dimana program
layanan kesehatan gratis ini sudah menerapkan Standar Pelayanan Minimum. Akan
tetapi, dalam perhitungan anggaran memperlihatkan bahwa program layanan
kesehatan gratis ini tidak ekonomis. Namun untuk program obat-obatan askes
sudah menerapkan prinsip ekonomis ditinjau dari penggunaan anggarannya. Hasil
pengukuran efisiensi pada program layanan kesehatan gratis dan obat-obatan
gratis sudah menunjukkan hasil yang baik. Nilai efisiensi dalam konsep value
for money tidak semata-mata melihat dari sisi penghematan anggaran, tetapi
juga melihat dari sisi output yang dihasilkan. Untuk pengukuran nilai
efektivitas, hanya program jamkesmas yang sudah ber-jalan dengan efektif. Untuk
program jamkesda berjalan dengan cukup efektif, dan untuk program jamkesprov
dan obat-obatan askes menunjukkan hasil yang kurang efektif. Artinya program
ini masih belum bisa memuaskan masyarakat secara maksimal. Penelitian oleh Demi Aulia Arfan (2014) “Analisis Value for
Money dalam Pengukuran Kinerja Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
Periode Tahun 2011-2012” menjelaskan bahwa dengan menggunakan value for
money kinerja dinas pertanian Yogyakarta dapat menyelenggarakan program secara
ekonomis dengan penghematan pada tahun 2011 masing-masing Rp141.626.730,00,
Rp67.823.730,00 dan Rp54.412.810,00, dan pada tahun 2012 masing-masing
Rp26.809.810,00, Rp38.848.800,00, Rp15.386.400,00. Dinas pertanian Yogyakarta
juga telah menyelenggarakan seluruh program dengan efisien dengan rasio
efisiensi pada tahun 2011 masing-masing 121,1%, 103,44% dan 110,56%, dan pada
tahun 2012 yaitu 110,98%, 106,03% dan 102,88%. Pada tahun 2011 Dinas pertanian
kota Yogyakarta hanya mampu menyelenggarakan dua program secara efektif dengan
rasio efektivitas sebesar 100% dan satu program kurang efektif yaitu pada program
Peningkatan Kesejahteraan Petani dengan rasio efektivitas 99,29%, sedangkan
periode tahun 2012 Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta telah
menyelenggarakan ketiga program secara efektif dengan rasio efektivitas pada
setiap program mencapai 100%. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Handi
Yuniar Lestiawan dan Bambang Jatmiko (2015) “Key Success Factor Good
Government Governance serta Pengaruhnya Terhadap Kinerja Pemerintahan (Survey
pada Pemerintahan Kabupaten Gunungkidul)” menjelaskan bahwa hasil dari penelitian ini adalah transparansi,
partisipasi akuntabilitas, dan warga tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja
pemerintah daerah, tetapi keadilan dan tanggung jawab memiliki pengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja pemerintah daerah.
Data
dilapangan tentang nilai hasil evaluasi kinerja pemda di Indonesia pada tahun
2015 Kota Bandung mendapatkan kategori nilai A, kemudian Kabupaten Bandung dan
Kabupaten Bantul mendapatkan kategori nilai BB tetapi rata-rata masih banyak
yang mendapatkan kategori
nilai C. (Kementerian Pendayagunaan
Apatur Negara dan Reformasi Birokrasi)
nilai C. (Kementerian Pendayagunaan
Apatur Negara dan Reformasi Birokrasi)
Nilai hasil
evaluasi kinerja pemda di Indonesia pada tahun 2016 dikutip dari detik news dot
com, Asman Abnur mengatakan bahwa 83 persen kabupaten dan kota masih pada
kategori nilai C walaupun nilai kinerja pemkab/pemkot mengalami kenaikan yang
semua 46,92 menjadi 49,87.
B.
Rumusan
Masalah
Dari
latar belakang masalah peneliti merumuskan:
1) Bagaimana cara meningkatkan kinerja pemerintah kabupaten Sleman?
2) Apakah Value for Money berpengaruh terhadap kinerja pemerintah kabupaten Sleman?
C.
Tujuan
Penelitian
ini bertujuan untuk:
1) Mengetahui cara menigkatkan kinerja pemerintah kabupaten Sleman.
2) Mengetahui dampak Value for Money terhadap
kinerja pemerintah Kabupaten Sleman.
D.
Manfaat
-
Manfaat
praktis
Bagi
pemerintah: Hasil
penelitian ini diharapkan mampu dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan,
terutama kaitannya dengan kinerja pemerintah.
Bagi
Perguruan tinggi: Hasil
penelitian ini diharapkan mampu dijadikan sumber pembelajaran khususnya dalam
bidang akuntansi sektor publik.
Bagi
masyarakat: Penelitian
ini diharapkan mampu memberikan kontribusi berupa panduan bagi masyarakat
kaitannya dengan hubungan antara Value for Money dan kinerja pemerintah.
-
Manfaat
teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi berupa pengembangan
teori dalam bidang akuntansi sektor publik pada umumnya dan value for money
pada khususnya, juga dapat dijadikan sebagai acuan atau dasar penelitian
selanjutnya.
2. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
a) Pengertian Kinerja
Kinerja mengacu pada sesuatu yang terkait dengan kegiatan
melakukan pekerjaan, dalam hal ini meliputi hasil yang dicapai kerja tersebut.
Bastian dalam Naim (2013) mendefinisikan kinerja sebagai berikut:
“Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian
pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijaksanaan dalam wujud sasaran, tujuan,
misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis (strategic
planning) suatu organisasi. Secara umum dapat juga dikatakan bahwa kinerja
merupakan prestasi yang dapat dicapai oleh organisasi dalam periode tertentu”
Kinerja merupakan suatu konstruk (construct) yang bersifat
multidimensional, pengukurannya juga bervariasi tergantung pada kompleksitas
factor-faktor yang membentuk kinerja. Beberapa pihak berpendapat bahwa kinerja
mestinya didefinisikan sebagai hasil kerja itu sendiri (outcomes of work), karena hasil kerja memberikan keterkaitan yang
kuat terhadap tujuan-tujuan strategik organisasi, kepuasan pelanggan, dan
kontribusi ekonomi.
b) Pengertian Pengukuran Kinerja
Setiap entitas organisasi, baik organisasi yang mencari
laba maupun yang tidak berorientasi pada laba dan organisasi sektor publik
membutuhkan berbagai alat untuk mengetahui sejauh mana pencapaian kinerja yang
telah dilaksanakan oleh organisasi.
Sebelum membahas lebih jauh mengenai salah satu
pengukuran kinerja yang ada yakni value for money, yang merupakan fokus
pembahasan dalam penulisan skripsi ini, maka penulis terlebih dahulu akan
mencoba menguraikan mengenai pengertian pengukuran kinerja itu sendiri. Adapun
pengertian pengukuran/penilaian kinerja yang dikemukakan oleh para ahli, adalah
sebagai berikut.
Menurut Mahmudi dalam Naim (2013) suatu proses penilaian
kemajuan pekerjaan terhadap pencapaian tujuan dan sasaran yang telah
ditentukan, termasuk informasi atas efisiensi penggunaan sumber daya dalam
menghasilkan barang dan jasa, kualitas barang dan jasa, perbandingan hasil kegiatan
dengan target, dan efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan.
Yuwono dalam Andriani (2013) pengukuran kinerja adalah
tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap berbagal aktivitas dalam rantai
nilai yang ada pada perusahaan. Pengukuran kinerja adalah penentuan atau
penilaian secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi, dan
karyawan berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pengukuran kinerja merupakan evaluasi atau penilaian terhadap pencapaian
pelaksanaan kegiatan suatu organisasi berdasarkan tujuan, sasaran, standar dan
kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Informasi mengenai hasil pengukuran
ini juga akan menjadi referensi dalam penentuan standar kinerja untuk masa yang
akan datang. Berapa besaran target yang menjadi acuan pencapaian pada periode
berikutnya juga bertumpu pada hasil pengukuran kinerja yang dilakukan.
c) Pengertian Value for Money
Value for money menurut Mardiasmo dalam Andriani (2013) merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor
publik yang mendasarkan pada tiga elemen utama, yaitu ekonomis, efisiensi, dan
efektivitas. Ekonomi: pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu
pada harga yang terendah. Ekonomi merupakan perbandingan input dengan input
value yang dinyatakan dalam satuan moneter. Efisiensi: pencapaian otput yang
maksimum dengan input tertentu untuk penggunaan input yang terendah untuk
mencapai output tertentu. Efisiensi merupakan perbandingan output/input yang
dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan.
Efektivitas: tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan.
Secara sederhana efektivitas merupakan perbandingan outcome dengan output.
d) Value for Money Sebagai Metode Penilaian
Kinerja
Sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu
sistem yang bertujuan untuk membantu manajer publik menilai pencapaian suatu
strategi melalui alat ukur finansial dan nonfinansial. Pengukuran kinerja sektor
publik dilakukan untuk memenuhi tiga maksud.
a. Membantu memperbaiki kinerja pemerintah.
b. Pengalokasian sumber daya dan pembuatan
keputusan.
c. Mewujudkan pertanggungjawaban publik dan
memperbaiki komunikasi kelembagaan.
Kriteria pokok yang mendasari pelaksanaan manajemen
publik dewasa ini adalah: ekonomi, efisiensi, efektivitas, transparansi, dan
akuntabilitas publik. Tujuan yang dikehendaki oleh masyarakat mencakup
pertanggungjawaban mengenai pelaksanaan
value for money, yaitu: ekonomis (hemat cermat) dalam pengadaan dan alokasi
sumber daya, efisien (berdaya guna) dalam penggunaan sumber daya dalam arti
penggunaannya diminimalkan dan hasilnya dimaksimalkan, serta efektif (berhasil
guna) dalam arti mencapai tujuan dan sasaran.
e) Pengukuran Kinerja dengan Menggunakan Value
for Money
Value for money merupakan inti pengukuran kinerja pada
organisasi pemerintah dan sektor publik. Kinerja pemerintah tidak dapat dinilai
dari sisi output yang dihasilkan semata, akan tetapi secara terintegrasi harus
mempertimbangkan input, output, dan outcome secara bersama-sama. Permasalahan
yang sering muncul adalah sulitnya mengukur output karena output yang
dihasilkan pemerintah tidak selalu berupa output yang berwujud (tangible
output), tetapi kebanyakan juga bersifat output tidak berwujud (intangible
output). Ukuran kinerja pada dasarnya berbeda dengan indikator kinerja.
Perbedaan antara ukuran kinerja dengan indikator kinerja adalah:
·
Ukuran kinerja, Umumnya mengacu pada penilaian kinerja secara langsung,
misalnya: laporan keuangan pemerintah.
·
Indikator kinerja, Mengacu pada penilaian kinerja secara tidak langsung,
yaitu hal-hal yang sifatnya hanya merupakan indikasi-indikasi kinerja.
Mekanisme penentuan indikator kinerja membutuhkan:
1) Sistem perencanaan dan pengendalian. Meliputi
proses, prosedur, dan struktur yang memberi jaminan bahwa tujuan organisasi
telah dijelaskan dan dikomunikasikan keseluruh bagian organisasi dengan
menggunakan rantai komando.
2) Spesifikasi teknis dan standarisasi.
Spesifikasi ini digunakan sebagai ukuran kinerja kegiatan, program dan
organisasi.
3) Kompetensi teknis dan profesionalisme.
Personil yang memiliki kompetensi dan professionalmerupakan jaminan dukungan
dalam pekerjaan.
4) Mekanisme ekonomi dan mekanisme pasar.
Mekanisme ekonomi terkait dengan pemberian reward dan punishment yang bersifat
finansial.Sedangkan mekanisme pasar terkait dengan penggunaan sumber daya.
Mekanisme ini digunakan untuk memperbaiki kinerja personil dan organisasi.
f) Langkah-langkah Pengukuran Value For Money
1. Pengukuran Ekonomi
Pengukuran ekonomi hanya mempertimbangkan masukan (input) yang gunakan.
Pertanyaan yang diajukan adalah:
Ø Apakah biaya organisasi lebih besar dari yang
dianggarkan?
Ø Apakah biaya organisasi lebih besar dari pada
biaya organisasi lain yang sejenis yang dapat diperbandingkan?
Ø Apakah organisasi telah menggunakan sumber
daya finansialnya secara optimal?.
2. Pengukuran Efisiensi,
Efisiensi diukur dengan rasio antara output dengan input. Semakin besar
output dibanding input, maka semakin tinggi tingkat efisiensi suatu organisasi.
Cara perbaikan terhadap efisiensi adalah:
Ø Meningkatkan output pada tingkat input yang
sama,
Ø Meningkatkan output dalam proporsi yang lebih
besar daripada proporsi peningkatan input.
Ø Menurunkan input pada tingkatan output yang
sama.
Ø Menurunkan input dalam proporsi yang lebih
besar daripada proporsi penurunan output.
3. Pengukuran Efektifitas
Efeketivitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai
tujuannya. Efektivitas tidak menyatakan tentang berapa besar biaya yang telah dikeluarkan
untuk mencapai tujuan tersebut.
4. Pengukuran Outcome,
Outcome adalah dampak suatu program atau kegiatan terhadap masyarakat atau
mengukur kualitas output terhadap dampak yang dihasilkan.
Pengukuran outcome memiliki 2 peran:
·
Peran Retrospektif, terkait dengan penilaian kinerja masa lalu.
·
Peran Prospektif, terkait dengan perencanaan kinerja di masa yang akan
datang. Dalam peran ini, pengukuran outcome digunakan untuk mengarahkan
keputusan alokasi sumber daya publik.
5. Estimasi Indikator Kinerja,
Suatu unit organisasi perlu melakukan estimasi untuk menentukan target
kinerja yang ingin dicapai pada periode mendatang. Penentuan target
tersebut didasarkan pada perkembangan
cakupan layanan atau indicator kinerja.
g) Tujuan Value for Money
Tujuan pelaksanaan value
for money adalah, ekonomi: hemat
cermat dalam pengadaan dan alokasi sumber daya. efisiensi: Berdaya guna dalam penggunaan sumber daya efektivitas: berhasil guna dalam arti
mencapai tujuan dan sasaran.
Tujuan lain yang dikehendaki terkait pelaksanaan value for money adalah
a) Meningkatan efektivitas pelayanan publik,
dalam arti pelayanan yang diberikan tepat sasaran.
b) Meningkatkan mutu pelayanan publik.
c) Menurunkan biaya pelayanan publik karena
hilangnya inefisiensi dan terjadinya penghematan dalam penggunan input
d) Alokasi belanja yang lebih berorientasi pada
kepentingan publik
e) Meningkatkan kesadaran akan uang publik (public costs awareness) sebagai akar
pelaksanaan akuntanbilitas public
3. PEMBAHASAN
A. Pembahasan Hasil
Untuk hubungan akuntabilitas dengan
kinerja berkonsep Value For Money,
peneliti mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Naim (2013) yang menyatakan bahwa
akuntabilitas berpengaruh signifikan terhadap kinerja berkonsep Value For
Money. Jika semakin kuat penerapan akuntabilitas, maka semakin tinggi pula
kinerja berkonsep Value For Money.
Hal ini dikarenakan untuk menghasilkan kinerjaanggaran yang baik dibutuhkan
pertanggungjawaban anggaran agar dapat menghasilkan laporan keuangan yang diharapkan.
Andriani
(2013), yang menyatakan
bahwa transparansi (keterbukaan) dalam penyusunan anggaran dapat meningkatkan
kinerja anggaran yang berkonsep Value For Money untuk menghasilkan
anggaran yang diharapkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin kuat
transparansi, maka semakin tinggi pula kinerja anggaran berkonsep Value For
Money. Hal ini didukung penelitian yang dilakukan oleh Mulya (2014) yang
menunjukkan bahwa transparansi berpengaruh positif terhadap kinerja anggaran
berkonsep Value For Money.
Pengawasan internal memberikan keyakinan
yang memandai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolak ukur yang
telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Efisiensi dan efektivitas
merupakan elemen utama dari kinerja anggaran berkonsep Value For Money pada
organisasi sektor publik (Mardiasmo, 2010). Oleh karena itu, pengawasan
internal berpengaruh terhadap kinerja anggaran berkonsep Value For Money.
Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Mulya (2014), yang
menunjukkan bahwa pengawasan internal mempunyai pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap kinerja anggaran berkonsep Value For Money.
Elemen utama kinerja anggaranberkonsep Value
For Money pada organisasi sektor publik yaitu ekonomi, efisiensi, dan
efektivitas (Mardiasmo, 2002), dipengaruhi oleh akuntabilitas, transparansi,
ketepatan waktu, dan pengawasan internal. Apabila akuntabilitas, transparansi,
ketepatan waktu, dan pengawasan internal dijalankan dengan sebaik-baiknya dalam
penyusunan anggaran, maka pelaksanaan dalam menyusun sebuah anggaran dapat
terarah dan menuju kepada tercapainya tujuan yang telah direncanakan. Hal ini
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Mulya (2014), yang menunjukkan
bahwa akuntabilitas, transparansi, dan pengawasan internal secara bersama-sama
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja anggaran berkonsep Value
For Money.
4. KESIMPULAN
Naim (2013) menyatakan bahwa selama
ini metode pengukuran kinerja yang menggambarkan sebuah perusahaan secara
menyeluruh adalah pengukuran kinerja keuangannya saja tetapi ada pengukuran
kinerja yang lebih komprehensif yaitu menggunakan value for money sebagai
pengukuran kinerja.
Naim (2013) menyatakan bahwa, dari penerapan value for
money pada Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji ternyata dapat
memperlihatkan bahwa peningkatan pada perspektif non keuangan mampu mendorong
peningkatan pada perspektif keuangan.
Naim (2013) menyatakan bahwa, dari pengukuran
kinerja Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji dapat dilihat bahwa metode value
for money telah dilaksanakan dengan baik sehingga hasil pengukuran
kinerjanya sebesar 91,99%.
Efisiensi dan efektivitas merupakan elemen
utama dari kunci success kinerja berkonsep value for money pada organisasi
sektor publik. Lestiawan dan Jatmiko (2015) menyatakan bahwa transparansi, partisipasi akuntabilitas, dan
warga tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja pemerintah daerah, tetapi keadilan dan
tanggung jawab memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja pemerintah daerah.
5. DAFTAR
PUSTAKA:
https://news.detik.com/berita/d-3409973/nilai-rata-rata-kinerja-pemda-se-indonesia-tahun-2016-masih-c. diakses 7 April 2017.
http://semuapengertian.blogspot.co.id/2015/02/pengertian-akuntansi-sektor-publik.html,
diakses 19 Maret 2017.
Naim, N. (2013). Penerapan konsep value for
money dalam menilai kinerja pelayanan sektor publik pada Rumah Sakit Umum
Daerah Labuang Baji kota Makassar (Doctoral dissertation).
MAHMUD, F. A., HAMBALI, I. R., & MONOARFA,
R. (2013). PENGARUH VALUE FOR MONEY TERHADAP AKUNTABILITAS PUBLIK (STUDI PADA
KANTOR DPPKAD KABUPATEN GORONTALO. KIM Fakultas Ekonomi & Bisnis, 1(1).
Andriani, S. (2013). Pengukuran Kinerja Dengan Prinsip
Value For Money Pemerintah Kota Batu. El Muhasaba: Jurnal Akuntansi, 3(1).
Rini, W. S., & Caesariza, R. ANALISIS
KINERJA PELAYANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ULIN BANJARMASIN DENGAN KONSEP VALUE
FOR MONEY.
Arfan Demi Aulia, A. (2014). ANALISIS VALUE FOR
MONEY DALAM PENGUKURAN KINERJA DINAS PERTANIAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
PERIODE TAHUN 2011-2012 (Doctoral dissertation, Fakultas Ekonomi).
Lestiawan,
H. Y., & Jatmiko, B. (2015). KEY SUCCESS FACTOR GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE
SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KINERJA PEMERINTAH (Survey pada Pemerintah Kabupaten
Gunungkidul). MAKSIMUM, 5(1).
Al
Quran
Komentar
Posting Komentar